Kamis, 19 Agustus 2010

wonderfull GA quotes

when things look like there's no way, there is always a way, to do the impossible, to survive the unsurvivable

in medical schooll, we have a hundred classes that teach us how to fight off death and not one lesson in how to go on living

As surgeons, as scientists, we're taught to learn from and rely on books, on definitions, on definitives, but in life, strict definitions rarely apply

Now is the time my life begins, I become a grown-Up, I become accountable to someone other than myself and my parents, accountable for more than my grades, accountable to the world, to the future, to all the possibilities that life has to offer, from now on my job is to show up, wide-eyed, and willing and ready for anything, for everything, to take on life, to take on the responsibility and possibility

Senin, 05 Oktober 2009

PENDAHULUAN SKRIPSIKU

Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan yang penting dan prevalensinya terus meningkat, kira-kira terdapat sekitar 18– 54 % dari total populasi dunia (Faraji dan Tarkhani, 1999). Angka hipertensi di Indonesia rata-rata sekitar 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa, berarti 1 dari 5 orang dewasa di Indonesia menderita hipertensi (Kartari, 1988). Secara umum hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu karena penyakit ini tidak bisa dideteksi dan tidak menunjukkan gejala yang spesifik, sehingga biasa disebut dengan the silent killer (Maryadi, 2007). Komplikasi kardiovaskuler akibat hipertensi seperti penyakit jantung koroner, infark jantung, stroke, dan gagal ginjal menyebabkan angka kematian yang tinggi (Gormer, 2007).

Hipertensi ringan akan menyebabkan resiko yang fatal apabila tanpa penanganan yang tepat karena hipertensi merupakan penyakit yang sifatnya terus berkembang (Faraji dan Tarkhani, 1999). Penanganan hipertensi di negara maju belum memuaskan, bahkan di banyak negara pengendalian hipertensi hanya sekitar 8 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari faktor penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2007). Data dari WHO menunjukkan dari 50 % penderita hipertensi yang diketahui, hanya 25 % yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5 % yang diobati dengan baik (Kuswardhani, 2006).

Penanganan hipertensi secara farmakologi dengan menggunakan obat-obat kimia biasanya memiliki banyak efek samping seperti vertigo, depresi, gagal jantung kongestif, halusinasi, takikardia, angina dan leukopenia (Faraji and Tarkhani, 1999). Penggunaan diuretik tiazid dapat mengganggu toleransi glukosa (resisten terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan resiko diabetes mellitus tipe 2 (Gormer, 2007). Oleh karena itu, WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal, terutama untuk penyakit kronis yang salah satunya adalah hipertensi.

Dalam pengobatan tradisional kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa) telah digunakan untuk mengontrol hipertensi dan umumnya dipercaya memiliki efek terapeutik dengan efek samping yang minimal (Faraji and Tarkhani, 1999). Hibiscus sabdariffa Linn. yang dikenal dengan nama lain Roselle (Inggris); Rozelle; Indian sorrel; Sour tea dan Karkade (Arab) berasal dari familia malvaceae merupakan tumbuhan obat yang banyak tumbuh di Afrika Tengah dan Barat, Asia Tenggara dan daerah lain yang beriklim tropis dan sub tropis (Ajay, et al., 2007; Alarcon-Aguilar, et al.,2007). Pada pengobatan, ekstrak kelopak bunga rosela telah digunakan untuk menangani beberapa keluhan, termasuk tekanan darah tinggi, penyakit hati, dan demam (Ali, et al.,2005). Ekstrak rosela juga memiliki efek antioksidan kuat yang telah dibuktikan secara in vitro (Ajay, et al., 2007) dan in vivo (Lin, et al., 2007), hal ini mengindikasikan keberadaan dari beberapa konstituen aktif diantaranya flavonoid dan vitamin-vitamin. Beberapa studi farmakologi telah menunjukkan bahwa ekstrak rosela dapat mereduksi hipertensi secara signifikan pada manusia dan binatang percobaan (Ajay, et al., 2007). Aktivitas antihipertensi kelopak bunga rosela diduga berasal dari efek diuretik, vasodilator (vaso-relaxant effect), penurunan viskositas darah dan ACE inhibitor. Efek ACE inhibitor dianggap berasal dari kandungan flavon pada ekstrak hidroetanol kelopak bunga rosela (Faraji dan Tarkhani, 1999; Ali, et al., 2005).

Komponen kimia yang terdapat pada kelopak bunga rosela diantaranya antosianin, flavonoid dan polifenol (Lin, et al., 2007). Berdasarkan penelitian, telah dilakukan isolasi cyanidin-3-glucoside yang kemudian diubah namanya menjadi delphinidin-pentoside-glucoside sebagai salah satu jenis antosianin yang terdapat pada kelopak bunga rosela. Sedangkan golongan flavonoid yang telah berhasil diisolasi yaitu flavonol glycoside dan hibiscitrin yang ketika dihidrolisis menghasilkan aglikon hibiscetin (Ali, et al.,2005).

Mengingat golongan senyawa flavonoid memiliki berbagai aktivitas farmakologi, salah satunya adalah efek protektif terhadap penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi (Lin, et al., 2007) dan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa dalam fraksi etil asetat kelopak bunga rosela terdapat isolat yang diduga merupakan glikosida flavonoid golongan flavon (Mlati, 2007), serta berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas antihipertensi yang paling kuat dibandingkan fraksi n-heksan dan etanol, maka dilakukan penelitian untuk menguji aktivitas antihipertensi isolat dari fraksi etil asetat kelopak bunga rosela.